Saat Anak yang dilupakan Memberi Kejutan

Byan : Abyan Zulmi Alfaros

Lebih dari satu bulan yang lalu, fokus saya seolah begitu tersedot pada Maisan; anak sulung saya. Sebagai anak kedua, Byan seolah saya lupakan. Bukan dilupakan dalam arti yang sesungguhnya sebenarnya.


Pikiran dan hati saya sibuk menunggu, kapan kakaknya bisa ditinggal? Kapan dia tidak lagi memegangi tangan saya? Sedangkan Byan asyik main sendiri, saya baru memperhatikannya ketika dia menangis, memanggil, atau minta tolong sesuatu pada saya.

Saat awal kakaknya masuk sekolah, Byan belum bicara terlalu banyak. Selain itu, kata-kata yang diucapkannya juga belum jelas. Antara menyebut Kakak atau nama Raka sama-sama dilafalkan : Aka. Biar pun begini, saya terus saja mengajaknya bicara. Dia menyahut dengan, "Eh? Eh? ... atau Apah? ... Apah?"

Setelah Maisan mulai memberi sinyal kalau dia merasa aman di sekolah, walaupun belum juga mau ditinggal. Saya mulai memperhatikan tingkah Byan. Ada yang bertambah lucu dan menggemaskan. Dia mulai bilang, "Mi ... ata utuyu. Ituh utuyu!" Saya mencari-cari maksud apa yang diucapkannya. Begitu telunjuknya mengarah ke tempat parkir, saya baru tahu. Ternyata anak kedua saya itu mengatakan, "Mi ... ada bu guru. Itu bu guru!"

Tidak hanya itu. Dia mulai bercerita tentang pengalamannya main ayunan dan perosotan. Misalnya, "Mi adi Ade au atuh ... ayun-ayun." Dia memberitahu saya bahwa tadi dia mau jatuh saat main ayun-ayun. Bagi saya kalimat ini sudah lumayan panjang diucapkan Byan yang usianya baru 2 tahun. Sebelumnya dia baru menyebutkan 2-3 kata. 

Ada kalanya kita terlalu menuntut anak lain di antara anak-anak kita, fokus banyak padanya dan lupa dengan anak lain. Namun, pada saat lelah menyapa, ada kejutan yang diberikan-Nya dengan begitu manis. Ibarat tenggorokan, saat dahaga melanda pas puasa, tiba-tiba Azan Maghrib berkumandang. Ada kesejukan, haru serta suka cita. Alhamdulillah. 

#ODOPBloggerMuslimah--GerakanMenujuSalehah

Comments