Rahasia Penulis Pemula yang Naskahnya dibeli 14 Juta



gambar diambil dari pixabay

Sudah lama saya ingin menuliskan ini. Dulu, saya merasa sudah membuat corat-coret di kertas, tapi kok lupa di mana meletakkannya. Rahasia di balik kehidupan yang tidak terekspose (eh bahasanya biar agak dramatis dikit lah ya ...) sosok penulis yang rendah hati akan menjadi tidak rahasia lagi, seiring dengan postingan saya kali ini.

Bagaimana saya sampai tahu rahasianya?

Biasa aja kali, enggak perlu nekuk kening begitu, terlihat tambah umur saja. Ya, semua dari obrolan kami. Saya ini kalau melihat orang mendapat rezeki, bawaannya ingin tahu, apa hikmah di balik itu. Ya, pura-puranya menyalakan alarm detektif penulis kisah inspiratif. Mungkin sekarang belum beneran jadi full author kisah inspiratif, saya nikmati saja prosesnnya.

Loh loh.

Mau ngomongin saya, apa penulis yang cetar itu?
Hahahahaha. Ooops! Biasa, numpang exis di sini. Maaf.

Berikut kesimpulan, dari hasil obrolan saya dengan dia, beberapa pekan lalu.

·         Dia adalah orang yang ulet dan gigih.
Bisa dibayangkan, di sela kesibukannya berjualan, mengajar ngaji, dan mengasuh anak, dia masih bisa menulis. Hal ini patut kita cermati, karena banyak juga sih yang ngaku enggak sempat nulis, karena rempong. Padahal, bila ditelusuri, ternyata rempongnya rempong online. Komentar di banyak status tanpa membacanya.

Buku tulis sederhana dan pulpen tak pernah jauh darinya. Begitu ada ide, langsung menulis judul di buku tersebut. Jika masih bisa, dia akan langsung menuliskan dan menjadikannya draft naskah. Kenapa hal ini dilakukan? Dia harus bergantian dengan suaminya dalam memakai laptop. Duh, jadi ingat, dulu saya juga gitu, pakai laptop pas suami sudah bobok. Mengendap biar enggak ada yang bangun. Eh, enggak ada yang tanya juga kaliii?

·         Dia bukan orang yang pelit berbagi informasi dan tips.
Kalau ada event, atau penerbit mencari naskah, dia buru-buru mengabari saya. Kadang, saya sampai heran, ini orang baik banget ya ngabarin saya. Dan kadang kesal juga, pada diri sendiri dong bukan pada dia. Pas ada penerbit butuh naskah, pas saya belum punya stok, dan sedang menulis naskah lain. Kesal karena saya masih punya alasan untuk tidak berpartisipasi. Hmf. Mungkin ada yang serupa dengan saya?

Terus pernah nih, saya tanya tips membuat e-book, dia juga ngasih tuh bocorannya. Sayangnya, draft yang saya buat masih utuh. Belum dikirim ke penerbit. Maafkan saya ya, Kawan. Sudah tanya-tanya malah pelan geraknya.

·         Dia mengelola PAUD dan mengajar ngaji anak-anak dengan imbalan tidak menentu.
Oke, untuk bagian ini, saya mengkategorikannya ke dalam orang yang tanpa pamrih. Coba deh simak kalimatnya ini, “Saya itu ya, Mbak. Lihat anak-anak mau ngaji aja udah seneeeng.” Jelas sekali, meski butuh materi, dia orang yang membidik kebaikan abadi. Kebaikan yang mudah-mudahan saja dicatatnya sebagai pemberat amal saleh, kelak di akhirat. Amin.

·         Apa yang diperolehnya dari menulis, sekian bagian digunakan untuk mendukung kegiatan PAUD, dan anak-anak yang mengaji padanya.
Duh Gusti. Ternyata inilah poin yang saya amati bahwa dia memang peduli dengan ilmu dan membagi ilmu. Sebagaimana janji Allah SWT, bahwa orang-orang yang mengejar akhirat, maka dunia akan mengikuti. Dan bila hanya mengejar dunia, dia akan mendapatkannya, namun tidak mendapatkan apa-apa di akhirat kelak. So, enggak perlu iri lah bila ada yang mendapatkan sesuatu.

Nah, itu dia rahasia umum penulis pemula yang naskahnya dibeli 14 juta. Karena sudah saya umumkan, jadi bukan ‘secret’ banget lagi. Mohon maaf bila tulisan berlabel kisah inspiratif kali ini, jika rasanya menyerupai risoles. Eh, maksud saya, mirip artikel atau tulisan lepas, yang enggak 100% kisah inspiratif. Biar enggak bosan saja, terutama yang nulis. 

Bhahahaha. 

Maklum, yang nulis masih belajar move on dari gampang bosan. 

Untuk tulisan Kisah Penulis Pemula yang Naskahnya dibeli 14 Juta, klik Di sini.

Pondok Cahaya, 30 Mei 2017

Comments