Perihal Sun Yi, Gadis tanpa Poni yang Tinggal di Pinggir Kali


Periang

 bertemu anak-anak
bentang sayang
bersua si renta
takzim terjaga
hari-hari penuh rencana
bertiga di rumah tanpa bata
runcing kata, panas aksara
tlah dingin kala sapa, telinga, hatinya
gunjingan anggap gurauan
julukan perawan tua
tak koyak, runtuhkan jiwa
lirik usik teman kerja
pompa nada, bara cita
tiada keluh 
dalam aduh

Sun Yi
dicinta anak-anak binatang
dirindu anak-anak orang
tiada tahu segumpal pinta
nyala
pada Yang Maha
selain debar kata; dedoa

"Perawan tua sebaiknya tidak pilih-pilih tebu. Nanti bongleng!"

Sun Yi belum tahu, apa arti kalimat setelah dua kata depan itu. Dia menghapal, dan bila sudah tepat waktunya, gadis itu akan bertanya pada Mamak. Agar benar-benar hapal, dan tidak lupa, Sun Yi menuliskannya di buku harian, halaman 301. Halaman yang dibuatnya sendiri pada buku tebal bergaris.

Sekarang jadwal Mamak yang masak. Ibu dan anak itu bergantian meracik bumbu untuk menu yang mereka pilih. Dari aroma yang tercium, sore ini Mamak memasak tumis kacang panjang, campur pepaya mentah. Biasanya, Mamak memakai cabai hijau sebagai campuran. Bumbunya cukup bawang merah, bawang putih, gula, dan garam. Dua lembar daun salam tak pernah absen dari semua menu masakan Mamak.

Sun Yi melangkah menuju depan jendela. Ia masih berdiri membiarkan angin mengacaukan sisiran rambutnya. Daun-daun bambu menarik batang hijau menjulang untuk menyanyikan satu lagu. Bahasa yang mereka saja tahu, dan sekarang gadis itu sudah duduk di sebelah barat rumpunnya, di depan jendela kayu. Dia seolah menyermati alunan 'ciet-ngek-ciet' dari gesekan bambu, menerjemahkan ke dalam bahasanya. Kedua bola mata sipitnya menatap naik-turun, dan ikut bergerak searah berembusnya angin.

"Apa kau tidak berangkat memberi les sore ini?" tanya sebuah suara dari arah utara. Arah sebelah kiri Sun Yi yang masih menikmati musik alam. 

"Libur, Mak," jawabnya tetap bergeming.

Sekarang, telinga Sun Yi menikmati suara 'koak-koak' ayam betina yang mengundang anak-anaknya. Dua detik, pandangannya turun. Bagian putih matanya bergerak, meredup dan menarik garis senyum di dua sisi bibirnya. 

Rambut Sun Yi berkibar. Tidak ada poni menutupi lebar jidatnya. Dia selalu tersenyum bila ada teman sesama gadis mengatakan, "Kau ingin terlihat pintar dengan jidatmu yang lebar?" Sun Yi hanya terbahak. Gerahamnya sampai terlihat jelas. Pundaknya berguncang, dan rambut legamnya bergoyang-goyang.

"Kalau kau ingin tampak pintar, bisa saja kau botaki bagian sini," kata Sun Yi seraya menunjuk bagian atas kening temannya itu.  

Gesekan batang-batang bambu hijau sudah berhenti. Mamak sudah memanggil berulang kali. Suara Bapak pun menyelingi. Sun Yi berdiri. Menarik kursi kayu ke bawah kolong meja. Sebelumnya, sebaris semut sudah memberi aba-aba kawannya, "Siap lari! Sun Yi mau memindahkan kursi!"

Sun Yi mengambil buku harian dari rak. Pikirannya kembali pada tulisan di halaman 301. Dia akan bertanya pada Mamak, nanti seusai makan. Apa arti dari kalimat yang meluncur dari mulut Mbokdhe. Kakak iparnya Bapak.
#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia




Comments

  1. Namanya apik, tapi kok ada mamak sama mbokdhe ya? hehehe.. sampai kubaca berulang kali lo ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuhuuw. Postingan selanjutnya akan menguak, siapa Sun Yi kok memanggilnya Mamak, Mbokdhe ...?

      Delete
  2. Dan aku pun penasaran, bongleng itu apa ya? hehehe meluncur ke mbah google ah nyari tahu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jika tidak menemukan jawaban di gugel, kembalilah ke sini. Episode postingan besok akan membocorkannya.

      Delete
  3. Sun Yi? Nama yang indah, masya Allah.. aku yakin seindah kepribadiannya.
    Suka ceritanya, kak.. ^^

    ReplyDelete
  4. wah keren mba, bikin penasaran ni, ayo2 ditunggu postingan lanjutannya, haha *lha kegirangan 😅

    ReplyDelete
  5. semula kukira gadis Cina...hahaha, jadi kepo endingnya juga akuu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih, Bun Tinbe. Cina bukan, ya ... besok deh jawabnya. Eh. Udah post ding.

      Delete
  6. Good luck untuk Sun Yi-nya. Ikut bertanya2 spt teman lainnya tentang Sun Yi ... apa akronim? bukan? Lalu, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi. Kita ketemu lagi ya, Bundi? Alhamdulillah kangen. Sun Yi sedang melampiaskan rindu penulisnya dalam imaji.

      Delete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara